Minggu, 29 Maret 2009

Keindahan di Balik Tirai Air Terjun Batanta

Papua, AIR terjun di Pulau Batanta merupakan salah satu objek wisata unggulan di kawasan Kepulauan Raja Ampat.

Setelah sebelumnya menghabiskan waktu untuk menyelami lautan, tim ekspedisi bermaksud melihat keindahan alam di berbagai pulau di Raja Ampat. Salah satu tujuannya adalah mengunjungi air terjun Batanta.






















Setelah sarapan pagi, tim langsung memasuki speed boat yang akan mengantarkan ke tempat tujuan. Setelah sekitar 30 menit menyeberangi lautan, speed boat tiba di sebuah muara di dekat Desa Arefi di pesisir pantai Pulau Batanta.

James, pemandu kami, mengendalikan perahu secara perlahan memasuki sungai menuju ke arah pedalaman. Di kiri kanan sepanjang perjalanan menyusuri sungai hanya terlihat hutan bakau. Tiba-tiba, muncul seekor anak buaya yang langsung bersembunyi di balik rimbunnya akar bakau di pinggir sungai.

Setelah menyusuri sungai sepanjang sekitar satu kilometer dari muara sungai, perahu ditambatkan ke pinggir sungai. Perahu motor tersebut memang sulit melakukan perjalanan lebih jauh lagi. Hal itu disebabkan air sungai yang semakin dangkal sehingga tim ekspedisi harus meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki.

Medan yang harus ditempuh cukup menantang. Tim ekspedisi harus berjalan memasuki hutan bakau yang berlumpur. Licinnya jalan menyebabkan kami harus berhati-hati melintasinya. Untuk menghindari jalan licin, kami terkadang harus melewati akar bakau, dan perpegangan ke dahannya.

Setelah 10 menit berjalan, sampailah tim ekspedisi menemukan sebuah air terjun setinggi kurang lebih lima meter. Namun Otto, pemandu kami lainnya, mengatakan bahwa air terjun itu bukan air terjun Batanta. Perjalanan pun dilanjutkan melalui perbukitan yang cukup curam sebelum bertemu kembali dengan sungai.

Setelah menemukan sungai, kami berjalan menyusurinya. Sungai yang dilewati tersebut berair sangat bening. Kami harus berjalan hati-hati dan terkadang melewati batu yang licin. Tidak jarang beberapa anggota tim terpeleset ketika melompati batu.

Setelah 30 menit berjalan menyusuri sungai, akhirnya kami sampai di air terjun Batanta. Air terjun itu memiliki tinggi sekitar 10 meter. Sayang pada saat kami berada di sana, airnya tidak terlalu banyak karena memang jarang terjadi hujan.

Kami pun langsung berendam di dalam air yang dingin. Nikmatnya bertemu dengan air tawar sangat terasa. Maklum, sudah satu minggu ini kami selalu mandi dengan air asin. Bahkan, ada beberapa anggota tim yang sengaja membawa sampo dan sabun untuk mandi.

Di sela-sela bebatuan dan beningnya air, terlihat beberapa ekor udang air tawar. Udang itu sangat lincah bergerak ketika kami mencoba menangkapnya.

Di balik air terjun, kami menemukan sebuah gua kecil. Gua itu bisa menampung sekitar lima orang. Di dalam gua itu mereka bisa duduk sambil melihat pemandangan dari balik tirai air. Jika beruntung, terkadang bisa terlihat pelangi yang sangat indah.

Setelah satu jam berenang dan mengambil gambar air terjun yang sangat indah itu, tim ekspedisi akhirnya kembali ke perahu. Sebuah masalah terjadi pada saat kami tiba kembali di perahu. Ternyata, perahu tidak bisa berjalan karena air mulai surut. Selain itu, banyak pohon tumbang yang melintang di sungai dan menghalangi perahu.

Sekitar setengah jam tim ekspedisi harus berjuang dengan segala cara agar perahu bisa kembali dapat bergerak. Setelah mendorong maju mundur, akhirnya perahu dapat bebas, dan tim ekspedisi kembali ke base camp untuk makan siang. (Aries Wijaksena/Adam Dwi Putra).z

sumber : mediaindonesia.com

Info untuk kenyamanan perjalanan wisata anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar