MUARATEBO - Jika digali, Tebo banyak sekali memiliki potensi alam dan sejarah yang bisa dijadikan aset wisata daerah. Sayangnya, kekayaan alam tersebut sampai kini tidak digali dan tak mendapatkan perhatian dari Pemkab Tebo.
Seperti potensi alam air terjun yang airnya deras setinggi 7 meter di daerah bukit gerinting, Desa Lubuk Mandarsyah, kecamatan Tengah Ilir. Air terjun itu sampai kini belum diberi nama, sehingga warga banyak menyebutnya air terjun bukit gerinting.
Untuk menuju lokasi air terjun tersebut dari kota Muara Tebo dibutuhkan waktu 1 jam untuk menempuh jalan sekitar 30 km. Di Desa Lubuk Mandarsyah itu harus menyusuri hutan-hutan kecil. Kendati tidak dirawat, namun lokasi tersebut jika hari minggu dan hari libur dipenuhi para pengunjung umumnya para muda-mudi.
“Lokasi alamnya masih asli dan belum rusak, karena air terjun tersebut lokasinya didalam areal izin HPH PT WKS. Kendati tidak dirawat dan tidak mendapatkan perhatian dari Pemkab, namun warga sekitar menjaganya dan melarang jika lokasi tersebut dirusak. Sekalipun PT WKS yang memiliki izin HPH untuk digusur dan ditanami akasia,” kata Sijono, Ketua KPA Kanopi yang sering melakukan kegiatan dan camping dilokasi tersebut.
Joni juga menegaskan, kepada PT WKS untuk melakukan pengelolaan dan mengeluarkan dana Community Development masyarakat yang akan digunakan pengelolaan air terjun tersebut karena itu merupakan aset daerah untuk menarik wisatawan lokal dan mancanegara.
“Pemkab juga harus bertindak, bagian yang menangani hal ini ada, kenapa selama ini tidak melakukan pendataan. Bukan hanya potensi alam saja, namun potensi sejarah juga banyak di Tebo dan bisa dijadikan asset. Kalau tidak dikoordinir sedari awal, maka bukannya tidak mungkin semua potensi akan dirusak seperti candi hindu di Dusun Tuo Sumay Seberang yang dirusak warga,” kata Joni lagi.
Sementara Itu, Lukman, Kasi Budaya Dikbudpora Tebo mengatakan, kantornya yang dimekarkan baru 1 tahun ini, dan pihaknya dalam melakukan pendataan aset budaya dan alam masih terkendala. Karena dirinya tidak mempunyai staf dan dirinya juga masih harus bekerja di bagian umum Dikbudpora.
“Kasi Budaya ini baru dibentuk, dan saya sendiri sebagai kepalanya tidak punya staf. Jadi semuanya masih terbatas. Kita hanya menangani soal budaya saja, jika mengenai potensi alam itu yang menangani bagian ekonomi Setda Tebo,” kata Lukman. (infojambi.com/suk)
Info untuk kenyamanan perjalanan wisata anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar